Dilain pihak, mungkin karena pembawaanya yang lebih agresif, kaum pria lebih menyukai langsung menyerunduk (maaf) bibir pasangannya setiap kali bermesraan. Ini baru satu contoh, beberapa temuan lainnya cukup mengagetkan.
Anda sekalian tentu sepakat, selama ini hanya ada dua jenis cara berciuman yang sifatnya universal. Pertama, adalah ciuman kasih sayang antara anak dan orang tua atau saudara-saudaranya, yakni dengan saling menempelkan pipi. Yang kedua, adalah ciuman bibir antara dua orang kekasih dengan saling menempelkan bibir termasuk kadang kala melibatkan lidah.
Kini, coba kita tengok versi Prof. Cane. Berapa banyak jenis ciuman yang pernah dilakukan seorang manusia? Jawabannya cukup mengagetkan, 25 jenis ciuman. Cane tidak main-main. Untuk menjelaskan jawabannya ia telah menyusunnya dalam sebuah buku berjudul The art Of Kissing yang di Amerika laris terjual dengan harga Rp 25.000,- per eksemplar. Kedua puluh lima jenis ciuman itu meliputi dari yang lembut semisal ticklish butterfly kiss, yakni ciuman yang dilakukan sambil mengedip-ngedipkan bulu mata di pipi pasangannya, sampai ciuman yang menyakitkan seperti yang dulu pernah dilakukan suku tertentu di Kepulauan Trobrian, kawasan Pasifik, yang menggigit lidah pasangannya sampai berdarah.
Jenis-jenis ciuman lainnya dibedakan dengan berbagai istilah yang cukup menarik. Sebagai contoh, vacuum kiss; yang dipopulerkan oleh film Coneheads, The electric kiss, The Underwater kiss yang dilakukan dibawah air. Tentu yang terakhir ini harus ekstra hati-hati karena mata tidak boleh terbuka agar tidak kemasukan air. Ada pula yang namanya The talking kiss, yang dilakukan sambil kedua pihak saling berbicara satu sama lain.
“Satu hal penting yang saya peroleh dari riset ini adalah, dua pertiga responden menyatakan mereka tidak akan membuka matanya selagi berciuman karena bisa merusak suasana romantic, “jelas cane”. Dari sini saya baru sadar bahwa tindakan mantan pacar saya dahulu ternyata benar”.
Berawal dari protes sang pacar
Profesi dan keahlian langka yang kini didapat Willian Cane memang tidak datang begitu saja. Semua itu berawal dari pengalaman masa remajanya. Tak berbeda dengan (A)nak (B)aru (G)ede lainnya, Cane juga sempat punya pacar sesama ABG. Namun setiap kali, usia pacaran mereka tidak lama. Selidik punya selidik ternyata kesalahan berada dipihak Cane. Pasalnya, setiap kali berciuman, mata Cane selalu terbuka. Pacarnya protes dan kabur.
Nah, Insiden inilah yang selalu menjadi biang putus cinta. Memendam rasa penasaran bercampur malu, Cane lalu sering mengunjungi berbagai perpustakaan, mencari buku-buku yang bisa menjelaskan dan menuntun bagaimana ia harus bersikap yang benar. Usahanya sia-sia. Tak satupun buku yang bisa menjawab kebutuhannya.
Tertantang oleh kenyataan ini, pemuda Cane berusaha mencari informasi tentang tekhnik berciuman. Di mana saja dan kapan saja. Bertahun-tahun ia bergulat dengan urusan bibir dan pipi ini. Jerih payahnya kini sudah berbuah. Selain buku yang sudah disebut dimuka, karya Cane lainnya antara lain The Art Of Hugging dan The Art Of Holding Hands.
Meskipun demikian William Cane tahu diri. Tak semua orang siap menerima hasil temuannya dan mau mempraktekan tekhnik-tekhnik yang diajarkannya. Terlebih budaya timur yang masih menjungjung tinggi sopan santun dan etika pergaulan antar jenis. “Budaya di Negara-negara Asia memang banyak yang masih menTabukan hal-hal seperti ini. Mereka malu untuk mengekspresikan cintanya pada kekasihnya di depan umum. Bahkan untuk saling bergandengan tangan pun masih terasa risih, “Cane”.
Yang barangkali dulu tidak pernah dibayangkan sebelumnya, apa yang kini dibuat Cane ternyata malah menjadi boomerang bagi hidupnya sendiri. Dengan julukan pakar ilmu cium, apakah kehidupan cintanya cukup sukses? Terbukti tidak.
“Itu semua justru mematikan kehidupan cinta saya,” akunya memelas. Wanita yang saya ajak berhubungan serius selalu mengira saya pecinta yang lihai. Tapi itu justru membuat saya Nervous. Alhasil, saya tidak selalu bisa memenuhi harapannya.